Senin, 31 Oktober 2011

Why I must Falling in Love with You???





Hujan..
Aku selalu memimpikan hal indah yang terdapat di dalamnya
Mungkin sebentuk senyum tipis darinya yang menggenggam lembut jari tanganku seraya berkata, "Dingin ya?".
Kemudian karena hujan tak kunjung reda, kita berlarian menerobos hujan.
Tanganmu masih menggenggam erat tanganku. Sementara tangan yang satunya lagi diletakkan di atas kepalaku, mungkin sebagai gantinya payung.
Setelah itu mungkin kita tertawa-tawa dan memsan segalas susu coklat hangat atau latte panas untuk kita.
Aaah seandainya saja...

Apa ini cinta?
Jika bukan cinta apa namanya?
Meskipun pada suatu saat aku menyadari bahwa energinya baru sederhana dan biasa-biasa saja.
Namun entahlah jika lama kubiarkan.
Sepertinya harus segera kubunuh perlahan.
Atau segera kupadamkan.
Sadar bahwa kau tak mungkin kudapatkan.

Apa aku hanya terkesan?
Jika memang benar, kenapa ada bagian dari hatiku merasa sakit ketika orang lain menjelek-jelekannya?
Kenapa aku merasa iri ketika ada orang lain yang lebih mengenali karakternya?
Kenapa aku merasa waswas ketika sehari pun tak mendengar kabarnya?

Apa ini hanya kekaguman?
Jika iya, kenapa ketika bibirku menyangkal tidak mencintainya, ada dinding hati yang meneriakkan bahwa aku bohong?
Kenapa ketika dia tidak menyapaku aku merasa begitu kehilangan separuh hariku?

Apa aku hanya terkesan?
Jika aku hanya terkesan, kenapa saat masalah menimpaku aku berharap dia orang pertama yang memberikan dukungan kepadaku?

Apa aku hanya terbawa suasana?

Apa aku salah mengartikan perhatiannya?

Apa hanya karena aku sedang merasa sepi dan sendiri kemudian dia datang berbaik hati mengulurkan lengannya padaku, maka aku tiba-tiba merasa ada kebahagiaan?

Tuhaaaaan
Jika memang seperti itu terkutuklah aku
Bagaimana mungkin bisa seperti itu?
Itu tidak boleh terjadi
Betapa menyedihkannya aku jika serapuh itu, seluluh itu.

Tolong maafkan aku
Aku janji akan dengan segera memadamkan perasaan ini, aku janji.











Minggu, 30 Oktober 2011

Untuk pertama kali, aku bingung apa yang akan kutuangkan di sini. Namun, aku menggunakan cara jitu seperti kebanyakan orang ketika mereka dihadapkan kebingungan, yaitu "perasaan yang sedang mereka hadapi detik ini". Ya begitulah.

Bagaimana rasanya dihadapkan sebuah kenyataan yang tidak sinkron antara bibir dan hati?? Salah satu hal yang lebih mengerikan daripada "dicintai orang yang dibenci". Kita berkata sekeras yang kita bisa bahwa kita tidak mencintainya, kita mengatakan sekuat tenaga yang kita punya bahwa dia tidak pernah berada di pikiran kita, melintas pun tak pernah. Kita berdoa pada Tuhan bahwa semoga apa yang kita takutkan tidak terjadi, bahkan di alam mimpi sekalipun. Namun di detik selanjutnya, segala penyangkalan kita dipatahkan suatu hal, bahwa kita selalu rindu padanya ketika dia tak terlihat, suaranya tak terdengar. Debaran dada kita selalu bergetar hebat ketika ada seseorang menyebut namanya. Kita selalu malu ketika bertatapan dengannya. Semacam ada keinginan yang menjerit dari dalam hati untuk segera memeluknya, merengkuh rindu di dadanya yang bidang.